Impelemtasi Tasbih Untuk Usaha

Tasbih
Aktifitas seorang manusia yang beriman dijalankan dengan integritas sebagai hamba Allah dan sebagai aktifis, dan dengan demikian setiap pekerjaanya dimaksudkan sebagai upaya mencapai kebahagiaan dan kemuliaan, baik di dunia maupun di hadapan khaliknya kelak.
Kebahagiaan dan kemuliaan manusia diperoleh dalam kedekatannya dengan tuhan,sementara kedekatan itu dicapai antara lain melalui tasbih. Hal ini diketahui melalui dialog antara Tuhan dengan malaikat saat mereka menyampaikan bahwa kelebihan mereka dari manusia (yang bakal diciptakan) adalah kedekatan mereka kepada-Nya melalui tasbih (QS:2:30). Tasbih dan implementasinya dalam perusahaan Tasbih berasal dari kata sabbaha-yusabbihu, yang artinya ibti’ad atau haraka (menjauh atau bergerak). Dalam pengertian ini ditemukan makna yang substansial dari tasbih itu yaitu adanya gerak. Terutama gerak yang berarti berupa aktifitas dalam menangani dan me-manage kerja untuk meningkatkan kualitas kehidupan. Hal ini umpamanya terlihat dalam ayat-ayat berikut: Dan masing-masing beredar pada garis edarnya (porosnya) (QS:36:40) Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai urusan yang panjang (QS:73:7) Apabila tasbih dikaji dalam konteks aktifitas insane perusahaan, maka ada dua hal yang perlu dikaji lebih dalam. Pertama Allah SWT menyuruh manusia untuk bertasbih dalam intensitas yang sangat tinggi. Misalnya: Dan sebutlah nama tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari (QS:15:41) Maka bertasbihlah dengan memuji nama tuhanmu dan jadilah kamu di antara orang-orang yang bersujud (QS:56:74) Kedua, aktifitas tasbih bukan hanya dipahami dalam arti ucapan dan bacaan-bacaan memuji tuhan, melainkan dapat diimplementasikan dalam bentuk manajemen dan pelaksanaan kerja peruhsaan. Di dalam Al-Quran Allah SWT mengaitkan kata-kata tasbih tersebut dengan aktifitas manajemen dan penanganan kerja secara amat mengesankan. Diataranya: Pertama peningkatan produktifitas dan efisiensi. Tugas manajerial ini diisyaratkan Allah SWT dalam surat al-Isra’ yang dimulai dengan kata tasbih. Upaya peningkatan produktifitas ini dilakukan antara lain dengan (1) pengembangan sumber daya manusia, yang dipandang sebagai unsur manajemen yang paling penting. Sebagaimana firman Allah dalam surat Maryam 1-11. (2) sikap hemat tapi pemurah merupakan salah satu tugas manajerial yang dikaitkan dengan tasbih. Hal ini diisyaratkan dalam surat al-Isra’ 26-31. (3) unsur keadilan dan kesetiakawanan social dalam implementasi manajemen juga diajarkan dalam surah Al-Hasyir ayat 1-10 yang ayat pertamanya berisikan lafaz tasbih. Kedua, proses pengambilan keputusan . Al-Quran al-Karim memberikan petunjuk yang cukup mengesankan dalam hal ini di antaranya: (1) keputusan harus diambil dengan pendekatan hikmah dan ilmu pengetahuan. Ini ditegaskan dalam surat Al-Anbiya 78-79 dimana lafaz tasbih dicantumkan dalam ayat 79. (2) Al-Quran menekankan penegakan sikap sabar, ulet, ikhlas dan konsisten. Hal ini diisyaratkan oleh tiga pada surah Al-Anbiya 85-87. Ketiga, monitoring dan evaluasi sebagai tahap selanjutnya dari tugas manajerial monitoring dan evaluasi juga dikaitkan dengan tasbih. Hal ini dapat dilihat pada surah Al-A’la 3-19: a. Perumusan ukuran-ukurannya disebut pada ayat 3] b. Proses berlangsungnya suatu pekerjaan disebutkan dalam ayat 4-5 c. Pencatatan disebutkan dalam ayat 6-7 d. Rekomendasi dan ganjarannya disebutkan pada ayat 8 dan seterusnya Dari analisis di atas dapat diketahui bahwa tasbih tidak hanya terbatas dan diperhatikan Allah dalam bentuk pengucapan lafaz-lafaz yang memuji Allah. Akan tetapi Allah juga sangat memperhatikan implementasinya dalam penyelenggaraan tugas-tugas manajerial dan aktifitas kerja seseorang dalam rangka meningkatkan kualitas hidup dan masyarakatnya. Tasbih Dan Doa Dalam Ruku’ Setiap orang yang melakukan shalat disunah –kan membaca tasbih dalam tuku’nya. Tasbih dimaksud seperti mengucapkan subhana rabbiy al-azhim (Maha suci Tuhanku yang Maha Agung). Tasbih tersebut dibaca beberapa kali dengan bilangan ganjil. Hal tersebut didasarkan kepada hadis, “Sesunggunhnya Allah itu ganjil dan menyukai (bilangan) yang ganjil.” (HR Muslim, IV:2062). Disunahkan juga berdoa apa saja sesukanya, terutama doa-doa yang diisyaratkan oleh hadis-hadis sahih. Sayyidina Abdullah bin Abbas ra. Mengatakan bahwa Rasulullah Saw bersabda, “ingatlah, sesungguhnya aku dilarang untuk membaca (Al-Quran) dalam ruku’ dan sujud, maka agungkanlah Tuhanmu. Dan dalam sujud, maka rajin-rajinlah berdoa,karena berdoa ketika itu pantas untuk dikabulkan bagi kemaslahatanmu” Uqbah bin ‘Amir mengatakan “ketika turun Fa-sabbih rabika al-a’zimi (maka sucikanlah nama Tuhanmu yang Maha Agung),Rasulullah Saw bersabda “Jadikanlah itu dalam ruku’mu” dan ketika turun sabbih isma rabbika al-ala (sucikanlah nama Tuhanmu yang maha Tinggi), beliau Saw bersabda, “jadikanlah itu dalam sujudmu” diriwayatkan dari Sayyidina Hudzaifah bin Al-Yaman ra., “aku pernah melakukan salah dengan Rasulullah Saw. Ketika beliau ruku’ beliau mengucapkan (membaca) subhana rabbiy al-azimi lalu beliau sujud dengan mengucapkan subhana rabbiy al-azimi (maha suci Tuhanku yang Maha Luhur).” Siti Aisyah ra mengatakan “sesungguhnya Rasulullah saw dalam ruku’ dan sujudnya membaca subbhun quddsun rabbul al-malaikatu wa ar-ruuh.” Hal-hal yang termasuk sendi-sendi (pilar) Islam yang telah ditetapkan (oleh para ahli) adalah bahwa setiap orang yang mendirikan shalat diperintahkan untuk menyembah Allah dalam ruku’ dan sujudnya. Dia juga harus memberesihkan tauhid dari aqidah atau keyakinan tasybih (yang menyerupakan dengan makhluk-Nya) disamping itu, dia perlu memantapkan keyakinannya sebagaimana diisyaratkan oleh firman Allah, tidak ada sesuatu pun yang sepertin-Nya Setiap orang yang mendirikan shalat perlu menafikan dari akal dan khayalannya keyakinan tasbih tersebut, bahkan (sejak) dahulu para ulama berkata, “setiap apa saja yang terdetik dalam hatimu (berupa sifat-sifat yang jelek mengenai Allah) maka Allah adalah kebalikan dari itu semua.” Para ulama mengatakan hal itu berdasarkan ayat-ayat Al-Quran seperti tidak ada sesuatu pun yang seperti-Nya tidak ada seorangpun yang menyerupai-Nya, dan apakah Tuhan yang (berkuasa) menciptakan (makhluk) seperti yang tidak (mampu) menciptakan. Tidaklah kamu mengambil pelajaran (QS.An-Nahl:17) Oleh karena itu, setiap muwahhid (yang mempunyai akidah tauhid) hendaklah menyucikan Allah dari keyakinan tajsim dan tasybih (menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya) disamping itu, dia juga harus menetapkan bahwa Allah tidak menempati ruang dan waktu
Grahadia Ping your blog, website, or RSS feed for Free ping fast  my blog, website, or RSS feed for Free
Powered By Blogger
 

© 2009 Fresh Template. Powered by Blogger.

Fresh Template by NdyTeeN.